Assalamu’alaikum…
Membuat lagu itu mudah, setiap orang dapat melakukannya, tetapi menmuat
lagu yang baik dan bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan
pengalaman yang banyak dan musikalitas yang baik. Ini hanya dapat
terpenuhi kalau ada usaha dari kita, usaha untuk terus belajar dari
pengalaman, baik itu pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain,
juga dari hasil pengamatan terhadap karya-karya orang lain. Begitu
banyak peminat yang ingin membuat lagu tetapi masih sulit mendapatkan
referensi tentang itu, mungkin kita juga bingung dari mana harus memulai
pembuatan sebuah lagu, apakah menmbuat liriknya dulu atau
melodi/lagunya dulu… sebenarnya kita bisa memulainya dari mana saja, mau
buat liriknya dulu boleh, mau buat lagunya dulu juga tidak masalah
karena masing-masing orang berbeda intuisinya, ada yang mudah dalam
membuat lirik tapi mungkin agak susah menemukan lagunya atau sebaliknya
mudah mendapatkan melodi/lagu tetapi susah dalam menggubah liriknya
(saya tergolong yang ini deh kayaknya hihihi…). Jika Anda memang lebih
dulu mendapatkan lirik segera saja dicatat dan kalau memang
melodi/lagunya yang didapat lebih dulu segera juga direkam biar tidak
lupa/hilang. Dan sebenarnya masih ada cara ketiga yaitu
membuat lirik dan melodi/lagu dalam waktu yang bersamaan baik untuk
seluruh lagu maupun sebagian lagu (saya juga enjoy dengan cara ini),
sebagian pencipta lagu menyukai cara ini karena menurut mereka lebih
dapat feel-nya, yang pasti lebih komunikatif dan lebih ekspresif. Saya
juga pernah bertanya kepada M Novi Umar “Cilapop” (pencipta lagu Jadikan
Aku Yang Kedua, Malu-malu Tapi Mau, Aku Bukan Boneka dan You Say Aku)
tentang kebiasaannya dalam membuat lagu, ternyata Novi juga lebih
menyukai membuat lirik dan lagu dalam waktu yang bersamaan, lebih “klik”
katanya. Tentunya akan lebih baik lagi apabila kita mampu menguasai
semua cara di atas.
Seperti disinggung di atas bahwa dalam membuat lagu pada prinsipnya ada 2
unsur yaitu lirik/teks dan melodi (lebih sering disebut lagu).
A. Melodi/Lagu
Melodi merupakan rangkaian dari beberapa nada atau sejumlah nada yang berbunyi atau dibunyikan secara berurutan.
Dalam membuat melodi yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
1. Keaslian melodi; belum pernah dibuat dan diperdengarkan orang lain.
Sebisa mungkin ditiadakan kemiripan melodi. Untuk menghindari
kesamaan/kemiripan dengan melodi lain cara yang bisa dilakukan adalah
memiliki perbendaharaan melodi lain sebanyak-banyaknya, meminta pendapat
teman lain atas melodi-melodi yang kita buat, memiliki ketrampilan
mengubah frase melodi (penggalan panjang/pendek sebuah melodi).
Pergerakan melodi ada 3 kemungkinan yaitu berjalan di tempat (membuat
perulangan dengan nada yang sama), melangkah (bergerak naik/turun menuju
nada lain yang terdekat menurut urutan tangga nadanya), melompat
(bergerak naik/turun melewati nada-nada terdekatnya).
2. Ambitus; ambitus (luas/wilayah suara) dari nada terendah hingga nada
tertinggi diusahakan yang masih dapat dijangkau suara manusia pada
umumnya.
3. Analisa; dilakukan baik terhadap lagu yang berhasil maupun lagu yang
kurang diterima masyarakat. Kita dapat mengamati bagaimana melodi
mengawali langkahnya? adakah rangkaian nada yang baru? di mana dan
bagaimana klimaks lagu tersebut? Yang perlu diperhatikan adalah pada
saat menganalisa/mengamati dan mendengarkan melodi dilakukan dengan daya
fikir bukan dengan menikmatinya.
4. Bermain instrumen; kebiasaan memainkan instrumen jenis melodis
(gitar, biola, piano dll) akan sangat membantu untuk mengembangkan
kemampuan dalam menemukan melodi-melodi baru. Bagi yang belum bisa
memainkan instrumen jangan berkecil hati karena bukan berarti tidak bisa
menciptakan lagu, yang terpenting adalah tetap terus belajar untuk
mengasah intuisi bermusiknya, Melly Goeslaw merupakan salah satu contoh
pencipta lagu yang mengaku belum bisa memainkan alat musik tetapi kita
bisa menyaksikan sendiri bagaimana karya-karya musiknya menghiasi
industri musik tanah air, Melly bahkan mengatakan di televisi bahwa
beberapa lagu yang dibuatnya diselesaikan dalam waktu kurang dari 1 jam.
5. Klimaks lagu; klimaks tidak selalu ada pada tiap lagu , mungkin
sebuah lagu tidak memerlukannya dan memang kekuatan sebuah lagu tidak
ditentukan oleh ada tidaknya klimaks, namun bila klimaks akan
ditampilkan hendaknya diusahakan setepat mungkin penempatannya. Klimaks
akan janggal bila ditampilkan terlalu awal, klimaks akan dicapai setelah
berbagai cara/usaha dilakukan, sebaiknya klimaks ditampilkan pada akhir
lagu, menjelang akhir lagu atau setidak-tidaknya setelah pertengahan
lagu. Pernyataan klimaks hendaknya disertai dengan pengerahan puncak
dari berbagai unsur pengungkapan. Kalau akan diperkuat berikan daya
terkuatnya, dan jika akan diperlunak berikan daya paling lembut. Sebelum
pencapaian klimaks sebaiknya juga diadakan puncak-puncak persiapan
sebagai praklimaks sehingga klimaks tampil secara bertahap, selain enak
bagi penyanyi, lagupun juga enak didengar.
6. Pengulangan melodi; pengulangan melodi dapat memperkuat kesan
pendengarnya, apalagi melodi yang diciptakan memang enak didengar,
tetapi apabila dilakukan secara berlebihan akan terkesan monoton dan
membosankan, apalagi jika pengulangan melodi disertai juga dengan
pengulangan teks/liriknya. Untuk mengurangi kesan monoton salah satu
variasi yang bisa kita lakukan adalah teknik modulasi/overtune/transpose nada.
B. Teks/Lirik
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teks/lirik diantaranya adalah:
1. Pilihan kata; lagu merupakan jalinan komunikasi dengan pendengarnya,
keakraban tidak hanya tertuang dalam melodi tetapi juga pada keseluruhan
makna teks dan pilihan katanya. Misalnya lagu untuk anak-anak pilihan
kata-katanya adalah yang dapat mengangkat ego mereka, karena kita
ketahui bahwa anak-anak mimiliki ego yang sangat tinggi (contoh;
Balonku, Aku seorang Kapiten, Anak Gembala dll). Pada remaja sifat
ke”aku”an masih ada tetapi tidak lagi berbentuk tunggal melainkan dialog
aku dan kamu, “kamu” yang dimaksud di sini bisa lawan jenis, ayah, ibu
dan sebagainya. Fantasi semasa kecil bergeser ke arah cita-cita atau
bentuk pengandaian. Sedangkan lagu umum yang tidak terikat usia dapat
disampaikan dengan cara monolog dalam bentuk “kita” dan “kami”, namun
bila memakai cara dialog dipakai bentuk “kami” dan “engkau”.
2. Silabis dan melismatis; silabis adalah apabila tiap suku kata dari
teks memperoleh satu nada melodi sedangkan melismatis adalah apabila
satu suku kata dari teks memperoleh lebih dari satu nada melodi.
Peranannya, dalam menyanyikan sebuah lagu penyanyi akan fokus pada teks
dan melodi, apabila sebuah lagu disusun secara silabis maka akan
membutuhkan perhatian yang sama antara teks dan melodi, namun bila
sebuah lagu disusun secara melismatis maka perhatian terhadap melodi
akan lebih besar.
3. Makna teks dan melodi; melodi sebagai rangkaian nada hanya memiliki
tinggi/rendah, naik/atau turun, panjang/pendek, cepat/lambat dan
kuat/lembut. Ketinggian melodi dapat digunakan untuk mengungkapkan
kata-kata seperti “angkasa”, “cita-cita”, “bintang”, “menjunjung” dan
sebagainya. Panjang melodi dapat dipakai untuk mengungkapkan “luas”,
“jauh”, “terang”, “mengembang” dan sebagainya. Sebuah kata pada umumnya
menimbulkan kesan pengungkapan yang berbeda bila dibedakan pula
kedudukan dan bangunan bunyi melodi yang menyertainya. Dalam pembuatan
lagu mungkin saja ada satuan kata (yang demi kepentingan kelompok)
meninggalkan keselarasannya sendiri, apalagi mengingat bahwa gerak nada
melodi hanya dapat/mampu menyelaraskan diri dengan sejumlah kata yang
sangat terbatas, contoh; “terang” menjadi “t’rang”, “mengganti” menjadi
“’ganti”, “segala” menjadi “s’gala” dan sebagainya.
4. Kalimat yang manis; tujuannya agar disamping perolehan makna yang
tepat hendaknya tersebut tersusun dalam bangunan teks atau kalimat yang
manis, enak didengar, diucapkan dan dinyanyikan (fonetis).
a. Fonem; adalah satuan terkecil bunyi/ujaran di dalam
berujar/berbicara, dalam bahasa sehari-hari disebut huruf. Fonem ada 2
macam, yang pertama adalah fonem vokal, yang terjadinya di dalam ijaran
tanpa hambatan apapun sejak dari asalnya (paru-paru), kalaupun kemudian
berbeda hanya karena kedudukan lidah dan posisi bibir. Contoh, a, e, i, o
dan u. Fonem yang kedua adalah fonem konsonan, yang munculnya dalam
ujaran melalui berbagai hambatan yang berlainan. Contoh, d, r, s, k, t, p
dan sebagainya.
b. Asonansi dan aliterasi;
Asonansi adalah cara penyusunan kalimat yang mengusahakan adanya perulangan fonem vokal diantara suku kata-suku katanya.
Contoh dalam kelompok pendek:
- Sejuta warna
- Betapa manis
- Butir cinta
- Minggu kelabu
- Walau engkau
Dalam kelompok panjang:
- Menyelubung jantung kelabu
- Mengerti irama ini
- Tersisa butiran cinta
- Berjalan di hutan cemara
Aliterasi adalah cara penyusunan kalimatyang mengusahakan adanya perulangan fonem konsonan diantara suku kata-suku katanya.
Contoh:
- Esok lusa
- Penuh noda
- Hati resah
- September ceria
- Setelah ku tahu
c. Fonem dan durasi
Durasi adalah panjang getar sebuah nada yang ditentukan oleh lamanya
getar. Ada fonem tertentu yang lebih sesuai untuk menyertai nada panjang
dan kurang baik untuk menyertai nada pendek, demikian pula sebaliknya.
Perhatian untuk ini tidak perlu dilakukan pada setiap nada melodi, cukup
pada kedudukan nada yang sangat vital, misalnya nada terakhir dari
kalimat yang biasanya bernada panjang.
Kata/kelompok kata yang berakhir dengan fonem vokal memiliki durasi yang
bebas, artinya tetap sesuai baik untuk nada panjang ataupun nada
pendek. Contoh:
- Hari ini
- Tak kusangka
- Hasrat hatimu
Kata/kelompok kata yang berakhir dengan fonem konsonan nasal seperti m,
n, ng memiliki durasi nada akhir yang panjang, kurang baik kalau
disertakan pada nada pendek. Contoh:
- Sabda alam
- Dengan senandung
- Diwajah rawan
Kata/kelompok kata yang berakhir dengan fonem konsonan hambat seperti k,
t, p, g, d dan b memiliki durasi nada akhir pendek, kurang sesuai bila
menyertai nada panjang. Contoh:
- Malam gelap
- Kaki terantuk
- Semakin larut
Bila berakhir dengan fonem konsonan lain seperti r, l, s dan h kita agak
leluasa memakainya karena tidak memiliki kekhususan durasi.
Beberapa pokok bahasan tentang membuat lagu telah kita bicarakan,
tentu masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan selain yang
sudah kita bicarakan di atas, namun yang terpenting adalah bagaimana
kita menerapkan dalam pelaksanaannya. Membuat lagu tidak lain adalah
usaha mengungkapkan ide melalui melodi dan kata-kata dalam bentuk yang
memudahkan orang lain untuk menerimanya. Kesulitan yang sering dihadapi
adalah bagaimana memperoleh ide tersebut, dan ini akan mudah kita
peroleh apabila kita jeli dan cermat melihat, mendengar dan merasakan
keadaan sekitar kita. Satu hal yang sering kita salah duga adalah
anggapan bahwa membuat lagu harus duduk dengan gitar, duduk menghadapi
piano atau berdiri dengan biola ditangan, itu memang benar tetapi pada
kenyataannya juga tidak musti demikian, dan inilah yang menguntungkan.
Membuat lagu dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa
saja tanpa memerlukan alat khusus selain ingatan kita.
Untuk menjadi pencipta lagu yang baik mungkin kita harus memahami
teknik-teknik pembuatan lagu, mahir memainkan alat musik melodis atau
memahami notasi (terutama not balok), tentu itu benar tetapi tidak harus
demikian karena pada realitanya jika kita mengamati perkembangan
industri musik di tanah air banyak pencipta lagu yang tidak memiliki
kemampuan di atas secara menyeluruh, seperti yang sudah saya contohkan
sebelumnya yaitu Melly Goeslaw beliau tidak menguasai alat musik dan not
balok tetapi karya-karyanya sungguh fenomenal, contoh lain adalah Titik
Puspa beliau juga tidak menguasai alat musik dan not balok tetapi
karya-karyanya masih sering kita dengar hingga sekarang, justru suami
Titik Puspa yang menguasai alat musik dan not balok karya-karyanya tidak
laris manis di pasaran.
Jadi walaupun kita belum menguasai alat musik atau notasi, jangan takut
untuk berkarya, yang terpenting adalah terus mencoba dan belajar.
OK… semoga bermanfaat dan selamat berkarya.
Buat teman-teman yang mengambil jalur musik religi Islam/Nasyid, ada tambahan dikit nih…
1. Kenali Tujuan Bernasyid
Nasyid sedikit berbeda dengan lagu pada umumnya, yaitu pada tema dan
liriknya. Karakter dari nasyid adalah liriknya bercerita tentang
hubungan fitrah antara manusia dengan manusia dan hubungan asasi antara
manusia dengan sang khalik. Selain itu hubungan manusia dengan alam juga
menjadi tema yang bisa diangkat lewat nasyid. Sejauh ini tema nasyid
yang sering diangkat kebanyakan adalah tema humanis, religius dan alam.
Tema ini sangat luas sehingga semua kejadian bisa dituangkan dengan tema
besar ini. Karena nasyid bertujuan untuk berda’wah, maka tema inilah
yang cocok diambil oleh kelompok-kelompok nasyid agar tidak terlalu
keluar dari koridor nasyid.
2. Mencari Inspirasi
Selanjutnya yang perlu dilakukan dalam membuat nasyid adalah mencari
Inspirasi. Inspirasi dalam nasyid hanya bisa didapatkan dengan
menghaluskan perasaan dan merenungkan semua hal yang akan ditulis
menjadi lirik nasyid. Semua kegiatan bisa dijadikan ajang untuk
menghaluskan perasaan dan merenung dalam pembuatan nasyid.
Misalnya saja keindahan alam di sekitar kita dapat kita tuangkan dalam
nasyid dengan tema syukur atas keindahan alam yang telah diberikan
ALLOH, kekejaman bangsa israel atas bangsa Palestina bisa sebuah nasyid
tentang air mata Palestina, bencana alam bisa memberi inspirasi tentang
taubat, wafatnya orang-orang yang kita kenal bisa kita angkat menjadi
sebuah nasyid tentang kematian (Hi… horor ya… ) dan masih banyak lagi
inspirasi lainnya.
Hal lain yang bisa kita lakukan dalam perenungan/mencari inspirasi
adalah dengan membuka ayat-ayat suci Al-qur’an, karena didalamnya sangat
banyak pelajaran yang bisa diambil. Renungkan (tadaburi) dengan baik
sehingga akhirnya akan muncul inspirasi. Kisah-kisah teladan para
sahabat rasul, ashabul kahfi dan kisah teladan lainnya juga bisa
menghasilkan sebuah inspirasi tersendiri. Jangan pernah bosan mengikuti
kisah-kisah tersebut.
3. Berlatih Terus
Kalau sudah berhasil dengan satu nasyid jangan berhenti, namun lakukan
terus. Buat nasyid sebanyak-banyaknya sehingga kita menjadi terbiasa dan
semakin lihai membuatnya. Jangan lupa untuk segera merekam
nasyid-nasyid yang telah kita buat dengan menggunakan tape recorder atau
alat perekam lainnya (jika punya software digital recording tentu lebih
praktis lagi). Tujuan dari merekam adalah agar nasyid-nasyid yang telah
kita buat tidak lupa/hilang dan sewaktu-waktu diperlukan bisa kita
dengar kembali. Jika memungkinkan, pada saat merekam kita bisa
mengiringi dengan alat musik seperti gitar atau keyboard, sehingga
chord-chordnya bisa sekalian kita tentukan.
4. Bahas Dengan Rekan Satu Kelompok
Setelah kita selesai menciptakan nasyid tersebut, bahas lagi dalam
kelompok nasyid kita bagaimana kira-kira tanggapan dari rekan yang lain.
Kemudian baru lakukan aransemen sehingga jadilah nasyid yang baik dan
bisa dilantunkan bersama dengan kelompok nasyid tersebut.
Mohon maaf atas segala khilaf, semoga bermanfaat dan selamat berkarya.
Wassalamu’alaikum…
Referensi:
- Soeharto, M. 1986. Belajar Membuat Lagu. PT. Gramedia. Jakarta.
- Dari berbagai sumber
Menurut Teman-teman…?