Keputusan yang diambil oleh pihak rektorat untuk menutup akses jalan bina krida dan jalan bangau sakti merupakan sebuah kebijakan yang boleh2 saja diambil oleh pihak rektorat. Tapi Kebijakan penutupan pintu tersebut dinilai cacat proses karena tidak mengikuti kaidah-kaidah pengambilan kebijakan yang baik dan benar. Tak ada dialog terlebih dahulu yang dilakukan pihak UR kepada pihak-pihak yang terkena dampak dari kebijakan tersebut, seperti warga masyarakat, mahasiswa, staf pengajar, dan karyawan UR dalam rangka menyerap aspirasi dan tanggapan mereka. Pihak rektorat mengatakan tindakan penutupan pagar merupakan bagian untuk menjaga keamanan di sekitar kampus, dan untuk melakukan efisiensi dalam menjaga ketertiban kampus. Nyata terlihat bahwa kebijakan sepihak itu memang belum memiliki dasar yang kuat yaitu mempertimbangkan berbagai aspek penting lainnya yang seharusnya diperhatikan. Seperti aspek historis, sosiologis, kultural, ekonomis, dan yuridis. Terlalu panjang kiranya bila diuraikan satu persatu mengenai aspek-aspek tersebut. Nah, dengan berbagai kelemahan dan cacat bawaan yang menyertai lahirnya kebijakan sepihak itu, wajar bila kemudian muncul reaksi keras berupa penolakan dari warga masyarakat Bina krida dan bangau sakti, dan mahasiswa.
Alternative solusi
Kebijakan yang kontroversial dan tidak humanis tersebut amat berpotensi menghancurkan tatanan harmoni sosial yang sudah terbangun sejak lama antara civitas academica UR dengan warga masyarakat sekitar Kampus UR Panam. Selain itu, ketika dibuat kebijakan penutupan 2 pagar tersebut, banyak pihak yang merasa tidak mengerti dan tidak menerima kebijakan yang telah dibuat.
terlebih lagi universitas riau terdapat cukup banyak fasilitas umum, seperti masjid, balai kesehatan, Tk, dan akan dibangun sebentar lagi hospital akademik. Tentunya harus ada akses jalan alternative yang memungkinkan kepada mahasiswa dan masyarakat pengguna sarana tersebut.
Sebetulnya, polemik berkepanjangan ini beserta dampak negatif yang dihasilkan tidak akan terjadi, bila UR mau membuka ruang dialog terlebih dahulu untuk merumuskan solusi alternatif yang lebih baik buat semua ketimbang memilih menutup pintu secara sepihak seperti sekarang. Dan cara yang demikian itu sungguh lebih ilmiah dan lebih menjamin tercapainya win-win solution.
Beberapa alternative solusi yang bisa diberikan antara lain adalah membuka akses kedua jalan tersebut untuk pejalan kaki dan sepeda motor. Hal ini berpijak banyak mahasiswa yang menggunakan sepeda motor, dan belum ada jalan yang bisa mempermudah akses sepeda motor mahasiswa masuk kekampus. Untuk sementara akses jalan subrantas tidak cukup kondusif jumlah mahasiswa yang besar melewati menuju kampus.